Rabu, 07 April 2010

FILSAFAT TIGA

Knower dalam Filsafat dan ilmu adalah di mana dalam knower terdapat dua unsur yakni indra dan pikiran, maka sadari itu unsur ilmu pengetahuan adalah indra, pikiran dan known. Manusia mempunyai naluri untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya yakni dengan bahasa yang komunikatif dan daya nalar. Bahasa merupakan media yang tepat untuk mengkomunikasikan informasi dan jalan pikirannya, dan dengan kemampuan berpikir manusia mampu mengembangkan suatu hal.
Knowing, Salah satu keunggulan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya di muka bumi adalah dimilikinya kemampuan untuk berfikir atau dalam bahasa psikologi dikenal dengan istilah kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif inilah yang memungkinkan manusia untuk dapat memiliki sejumlah pengetahuan (knowledge) guna kepentingan kelangsungan hidupnya.
Dengan pengetahuan yang dimilikinya, seorang manusia dapat mengingat, memahami, merencanakan, atau memecahkan berbagai masalah kehidupan yang yang sangat kompleks sekalipun.
Berbicara tentang pengetahuan manusia, Wayne K. Hoyt dan Cecil G. Miskel (2001) mengemukakan tentang dua jenis pengetahuan, yaitu :

1. general knowledge; pengetahuan yang diterapkan dalam berbagai situasi.
2. specific knowledge; yaitu pengetahuan yang berkenaan dengan tugas atau persoalan tertentu.




Sementara itu, Paris dan Cuningham (1996) mengkategorikan pengetahuan ke dalam tiga bagian yaitu:

1. declarative knowledge; pengetahuan untuk menerangkan sesuatu (knowing what).
2. procedural knowledge; pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu (knowing how).
3. conditional knowledge; pengetahuan tentang kapan dan mengapa (knowing when dan why), yang merupakan penerapan dari declarative knowledge dan conditional knowledge

Bagaimana seseorang dapat memperoleh pengetahuan ? Untuk jawabannya bisa dijelaskan dari berbagai teori belajar. Kalangan behaviorist beranggapan bahwa pengetahuan seseorang diperoleh melalui upaya-upaya pengkondisian (conditioning) dengan menciptakan stimulus-stimulus tertentu yang bersumber dari lingkungan sehingga pada gilirannya dapat diperoleh respon-respon tertentu.
Kekuatan utamanya terletak pada pemberian reinforcement atas respon-respon yang dihasilkan. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan dengan cara trial and error, latihan secara berulang-ulang, atau meniru dari orang lain.
Sementara kalangan Cognitivist beranggapan bahwa pengetahuan manusia diperoleh melalui persepsinya terhadap stimulus dengan menggunakan alat dria, hasil persepsi berupa informasi akan disimpan dalam sistem memori untuk diolah dan diberikan makna, selanjutnya.informasi tersebut digunakan (retrieval) pada saat diperlukan. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan dengan mengoptimalkan kemampuan perseptual dan perhatiannya serta mengatur penyimpanan informasi secara tertib.
Kalangan konstruktivist ala Piaget berpandangan bahwa seseorang memperoleh pengetahuan dengan cara mengasosiasikan dan mengakomodasikan pengetahuan yang telah ada dalam dirinya dengan pengetahuan yang diterimanya sehingga membentuk pengetahuan baru, melalui usaha aktif inidividu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Tentunya, masih banyak pandangan-pandangan lainnya tentang bagaimana seseorang dapat memperoleh pengetahuan.
Terlepas dari berbagai pandangan yang ada, bahwa sumber pengetahuan di dunia ini betapa kaya dan luasnya, sehingga manusia tidak mungkin dapat menjangkau seluruhnya dan pengetahuan yang kita miliki hanya baru sebagian kecil saja dari sumber pengetahuan yang tersedia. Kewajiban kita adalah berusaha mendapatkan pengetahuan itu sesuai dengan kapasitas yang dimiliki masing-masing, melalui usaha yang tiada henti sepanjang hayat. Semakin banyak dan mendalam pengetahuannya, seseorang akan semakin tersadarkan pula bahwa sesungguhnya betapa kecilnya pengetahuan yang telah didapatkanya.
Menurut Prof. Dr. Engkus Koeswarno, M.S. dalam materi perkuliahan Filsafat Ilmu menjelaskan,
 DalamEncyclopedia of Philosophy: pengetahuan didefinisikan sebagai kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).
 Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan mengetahui. Mengetahui itu hasil kenal, sadar, insaf, mengerti, benar dan pandai.
 Pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar maka bukan pengetahuan tetapi kekeliruan atau kontradiksi.
 Pengetahuan merupakan hasil suatu proses atau pengalaman yang sadar.
 Pengetahuan (knowledge) merupakan terminologi generik yang mencakup seluruh hal yang diketahui manusia. Pengetahuan adalah kemampuan manusia seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pengamatan, dan intuisi yang mampu menangkap alam dan kehidupannya serta mengabstraksikannya untuk mencapai suatu tujuan.
 Tujuan manusia mempunyai pengetahuan adalah:
1. Memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan hidup
2. Mengembangkan arti kehidupan
3. Mempertahankan kehidupan dan kemanusiaan itu sendiri.
4. Mencapai tujuan hidup.
 Binatangpun mempunyai pengetahuan, tetapi hanya sekedar atau terbatas untuk melangsungkan hidup (survival).
Herman Soewardi Guru Besar Sosiologi dan Filsafat Ilmu pada Universitas Padjajaran Bandung, Dalam buku yang ditulisnya berjudul Roda Berputar Dunai Bergulir, Kognisi baru tentang Timbul tenggelamnya Sivilisasi, menuliskan :
1. The Knower
Secara analitik, kemampuan untuk mengetahui itu dapat diuraikan sebagai berikut :

(1) Kemampuan kognitif, ialah kemampuan untuk mengetahui (dalam arti kata yang lebih dalam berupa mengerti, memahami, menghayati) dan mengingat apa yang diketahui itu. Landasan kognitif adalah rasio atau akal, yang sifat atau kemampuannya telah kita kupas di muka, Kognisi an sich bersifat netral.
(2) Kamampuan afektif, ialah kemampuan untuk merasakan tentang yang diketahuinya itu, ialah rasa cinta (love) dan rasa indah (beauty). Afeksi sudah tidak netral lagi. Baik rasa cinta maupun rasa indah kedua-duanya merupakan kontinum dengan ujung-ujungnya yang bersifat poler (cinta-benci, indah-buruk). Seperti telah disebut di muka, rasa inilah yang menghubungkan manusia dengan kagaiban, dan rasa inilah yang merupakan sumber kreativitas manusia. Dengan rasa inilah manusia menjadi manusiawi, atau dengan perkataan lai, bermoral.tak berlebihan bila kita katakan bahwa rasalah yang menjadi tiangnya kemanusiaan. Namun rasa tidak mempunyai patokan seperti halnya rasio. Rasa adalah sekaligus keagungan dan kelemahan manusia (poler!), dan disinilah pula letaknya sasaran godaan syeitan. Disinilah letaknya bahaya utama manusia, sehingga Tuhan menurunkan petunjuk-petunjuk-Nya kepada manusia, dengan penegasan daripadaNya bahwa celakalah mereka yang tidak mendengar. Rasa yang terkena godaan syeitan menimbulkan bermacam-macam kecelakaan, termasuk tidak berfungsinya rasio : menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah. Rasio menjadi tumpul.
(3) Kemampuan konatif, ialah kemampuan untuk mencapai apa yang dirasakan itu. Konasi adalah will atau karsa (=kemauan, keinginan, hasrat), ialah daya dorong untuk mencapaiu (atau menjauhi) segala apa yang didiktekan oleh rasa. Rasalah yang memutuskan apakah sesuatu itu dicintai atau dibenci, dinyatakan indah atau buruk dan menjadi sifat manusia untuk mengingin-kan/mendekati yang dicintainya dan yang dinyatakan indah, dan sebalik-nya untuk membuang/menjauhi yang dibencinya dan dinyatakan buruk. Adapun kekuatan manusia untuk bergerak mendekati/menjauhi disebut kemampuan konatif.

Satu lagi sifat manusia sebagai The Knower ialah kesadaran manusia, yang merupakan dasar yang lebih dalam bagi dapat berfungsinya ketiga kemampuan di atas. Kesadaran atau consciousness merupakan bukti dari keperiadaan. Seperti diucapkan oleh Descrates, cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada), kita dapat menambahkan bahwa berpikir itu hanya dapat dilakukan dalam keadaan sadar, maka kesadaranlah yang merupakan dasar yang lebih dalam. Berbagai pakar mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang kesadaran manusia ini. Akan dikupas pandangan-pandangan dari Freud, Marx, James, Al Ghazali dan Fazlur Rahman.

Freud : oleh Martindale (1960) digolongkan sebagai irrational idealism mengikuti Schpenhauer dan Nietzsche, yang berpandangan bahwa lebih dasar dari pada rasionalitas manusia adalah emosinya dan naluri kehidupannya (atau will nya). Psikologi dari individu di dalam pandangannya itu terbagi menjadi dua bagian, ialah kesadaran dan ketidaksadaran, dimana yang disebut terakhir berisi factor-faktor emosional yang lebih dalam, yang bersifat sangat seksual (libidinous), dengan suatu mekanisme sensor tersebut. Maka pada dasarnya Freud beranggapan bahwa dorongan seksual itulah yang merupakan nature dari manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa kesadaran Freud adalah kesadaran seksual yang telah disensor.

Marx: Menyatakan bahwa kelaslah yang member bentuk kesadaran manusia. Individu akan menampakan keperilakuan sebagaimana didktekan oleh kelasnya, dan dalam pandangan Marx hanya ada dua kelas, yang satu memeras dan yang satu lagi diperas (sebgai tesa dan antitesa), maka demikian pulalah kesadaran individu-individu di dalam masing-masing kelasnya. Jelas bahwa pandangan Marx ini adalah pandangan materialistic, dimana materi menguasai spiritual.

James, Menentang pandangan bahwa kesadaran merupakan suatu kesatuan (entity). Pikiran (thoughts) timbul atau dibuat dari objek-objek material (berupa material, esensi atau suatu minda lain) yang benar-benar ada, tapi tidak ada satu original being yang sama seperti objek-objek itu yang menimbulkan pikiran tersebut. Bagi James yang ada hanya pengalaman (experience), dimana bagian dari pengalaman itu suatu konteks tertentu bersifat the knower (subjek), dan dalam konteks lain the known (objek). Dikatakannya bahwa pengalaman murni adalah aliran (flux) dari kehidupan yang memberikan bahan bagi refleksi-refleksi kita di kemudian. James mencampurbaurkan kesadaran dan pengalaman, the knower dan the known.
Al Ghazali : menginterpretasikan Al Qur’an dan melihatnya bahwa kesadaran itu bertingkat-tingkat, dari tingkatan terendah sampai ke tingkatan tertinggi. Yang terendah adalah kesadaran indrawi, yang sering menipu dan bertalian dengan nafsu amarah ; tingkat kedua berupa kesadaran akali yang mengoreksi kesadaran indrawi (misalnya tongkat menjadi bengkok bila dicelupkan kedalam air), dan bertalian dengan nafsu lawwamah ; kesadaran akali masih bisa menipu, misalnya bila kita dihadapkan pada masalah moral. Kesadaran tertinggi adalah kesadaran rohani, yang tidak bisa berbohong, dan bertalian dengan nafsu mutmainah.
Fazlur Rahman : juga menginterpretasikan Al Qur’an dan berbeda dengan Al Ghazali, ia sampai pada kesimpulan yang lain. Bagi Fazlur Rahman, ucapan-ucapan seperti al-nafs al-mutmainah dan al-nafs al-lawwamah (yang biasanya diterjemahkan menjadi jiwa yang merasa puas dan jiwa yang mengutuk) sebaiknya kita pahami sebagai keadaan-keadaan, aspek-aspek, watak-watak, atau kecenderungan-kecenderunagn dari pribadi manusia (Fazlur Rahman, 1980 : 26). Karena itu menurut hemat saya yang disebut ammarah, lawwamah dan mutmainah oleh Al Ghazali itu bukan tingkatan-tingkatan yang baku, akan tetapi kecenderungan-kecenderungan yang bisa terjadi pada setiap manusia, pada setiap saat. Maka pandangan Fazlur Rahman sangat sesuai dengan konsepsi tentang fitrah manusia (atau the human nature) yang tak lain adalah rasa atau kemauan afektif yang bersifat bersih dari segala kotoran, gangguan dan godaan, yang merupakan media hubungan yang dicipta dengan sang pencipta, yang merupakan dasar bagi yang dicipta untuk mendegar petunjuk yang Mencipta ; maka dari itu kesadaranpun bersifat terbuka (bisa ammarah, lawwamah, dan mutaminah) dimana ketiga bentuk nafsu itu selalu bisa berganti-ganti dari saat ke saat. Kepada ketiga bentuk itu sulit kita berikan ranking berdasarkan tinggi-rendahnya, yang merupakan makhluk material dan makhluk spiritual sekaligus. Sedangkan yang penting bagi manusia adalah pilihan dengan kesadaran apa manusia harus bersandar pada kehidupannya, berdasarkan pada petunjuk-petunjuk yang Mencipta. Berpaling dari Petunjuk-petunjuk itulah yang menjadikan manusia sesat dan jatuh ke dalam lembah kenistaan.
2. Knowing Atau Nalar/Berfikir
Kesadaran adalah landasan untuk nalar atau berfikir. APa yang dipikirkan oleh manusia ? Ialah tentang segala sesuatu, baik yang dapat diindera maupun yang tidak dapat diindera. Segala sesuatu yang dapat diindera oleh manusia disebut pengalaman atau experience. Sedangkan segala sesuatu yang tak dapat diindera oleh manusia disebut dunia metafisika (meta = beyond). Metafisika = beyond experience). Berpikir tentang experience disebut berpikir empirikan, dan berpikir tentang dunia gaib disebut berpikir transcendental. Hal-hal yang manusia peroleh melalui pemberitaan (wahyu) disebut divine revelation, yang menyangkut dua-duanya, ialah empirical dan transendental. Sejak jaman Yunai kuno manusia telah melakukan pemikiran. Terkenal sampai sekarang antara lain adalah apa yang disebut Silogisme dan Geometrika Euclid.
Logika, matematika dan statistika
Ketiga-tinganya merupakan media untuk nalar dan sekaligus untuk mengkomunikasikannya. Ketiga-tiganya mempunyai patokan atau rules, menggunakan tanda-tanda atau sinyal yang diberi definisi yang ketat. Deduksi adalah rules bagi logika dan matematika, dan induksi adalah rules bagi statistika. Deduksi disebut pula inference.
Baik logika maupun matematika berbentuk form, sebagai wadah bagi berbagai content atau isi. Patokan atau rules berlaku untuk form dan kebenarannya (dari inferences) adalah kebenaran form. Adapun kebenaran ini atau content tidak menjadi jaminan. Kebenaran atau keberadaan content tergantung dari premis-premis, Karena itu adalah kosong (form without content is empty).
Berbagai peristilahan dalm logika
1. Proporsional Calculus : suatu cabang logika yang paling dasar (elementer), dan dasar bagi yang lain. Dimaksudkan untuk memberikan presisi pada kalimat-kalimat, ialah kata penghubung (connective) : dan, atau, bila, maka, dan sebagainya.
2. Sistem logistic atau kalkulus, ialah bagian yang murni dari bahasa yang diformalkan, merupakan abstraksi dari setiap pengertian atau interpretasi. Jumlah rumus yang diformalkan dengan ketat. Patokan inference yang diinfer atau kongklusi (dari suatu premis). Menjadi teorema bila da bukti (prof).
3. Categorical proposition :
a. Affirmative : all S is P
b. Negative : No S is not P
c. Universal : Some S is P
d. Particular : Some S is not P
4. Appositions, immediate inference : contradictory, Contrary, Sub-contrary, Subalterm.
5. Categorical syllogism (first order functional calculus)
Beberapa hal tentang matematika
1. Geometrika Euclidian : axiomatika
2. Geometrika non-euclidian : postulat yang diubah memberikan teorema yang lain.
3. Teorema Goedel : bila patokan (game/matematika) itu benar-benar konsisten, kenyataan konsistensi itu tidak dapat dibuktikan oleh patokan-patokan permainan (game) itu sendiri.
Beberapa tentang induksi (Statistika)
1. Pengertian : a passage from individuals to universals
Summative : complete, conclusive argument
Ampliatise : incomplete, from the know to the unknown

2. Tempatnya dalam sains : testing hypothesis adalah dengan induksi.
Catatan dari kuliah perdana Prof. Husen Djajasukanta :
1. Benar-tidaknya suatu hipotesis tergantung dari peluang. Maka kebenaran itu kebetulan saja benar (Type I error dan Type II error).
2. Kebenaran empiric dijadikan premis : premis itu tidak selalau benar.

3. Knowledge
Berhubungan dengan kepercayaan reliabilitas dan soliditas dari dunia external yang kita kmelalui sense perception, pertalaiannya dengan ingatan (memeory) dan pengenalan objek-objek yang sama seperti telah kita pernah lihat sebelumnya.
Pencarian/penemuan knowledge adalah fungsi dari sains, sedanglkan fungsi filsafat adalah clarification dari penemuan-penemuan itu (asfek etimologinya).

Masalah-masalah
1. Tentang eksternal world : sejauh in, atas pengaruh dari sains alamiah, masalah eksternal world hanya berkisar pada apa yang dapat diketahui (knowability) dari pada eksternal world itu dalam rangka pengujian hipotesis-hipotesis.
2. Persepsi dan memory : merupakan warisan dari empiris.
Persepsi, diyakini nahwa ada eksternal world yang dihuni oleh obyek-obyek yang nyata baik alamiah maupun buatan, sehingga yang menjadi masalah adalah bagaimana objek-objek itu dapat dipersepsi. Dalam hal ini bisa terjadi ilusi dan halusinasi. Sebuah tongkat yang menjadi bengkok ketika dicelupkan ke air tetap bengkok. Bagaiamanakah hubungan antara tampak bengkok dan tidak bengkok dari tongkat itu ?
Memori (ingatan) : juga memecahkan masalah terjadinya ingatan telah menjurus ke jalan buntu. Bagaimana kita percaya bahwa benar-benar itulah yang terjadi di masa lalu ? dan apa yang terjadi bila kita tidak bisa mengingatnya.

3. Analisis bahasa
Suatu masalah anatar objek material dengan kata yang bertalian dengan objek material itu. Benarkah kita tahu tentang material obyek itu setelah kita mengetahui kita yang bertalian dengannya ?

4. Masalah komunikasi
Mana yang sebenarnya terjadi : berkomunikasi atau bermis-komunikasi ? Sulit untuk kita terima dengan tandas bahwa seorang itu mengerti tentang sesuatu yang dikomunikasikan atau ia itu sebenarnya salah mengerti ? Dan, apakah yang sebenarnya dikomunikasikan itu, pengetahuan atau pengalaman?

Sumber Bacaan
Soewardi, Herman, 2009, “Roda Berputar Dunia Bergulir”, Bakti Mandiri, Bandung.
Power Point Materi Perkuliahan Filsafat Ilmu, oleh Prof. Dr. Engkus Koeswarno, M.S.
Tulisan Berjudul Pengetahuan Manusia oleh Akhmad Sudrajat, M.Pd, http://boedyanturan-ikomangbudiasa.blogspot.com

Tidak ada komentar: